SINGAPURA – Harga karet alam global melemah 1,22 persen pada 14 Oktober 2025 dibandingkan hari sebelumnya. Berdasarkan data Trading Economics, harga natural rubber tercatat di level 170,30 US cents per kilogram.
Melemahnya permintaan industri otomotif di Asia serta tekanan pada sektor energi yang menurunkan harga minyak mentah menyebabkan harga karet alam turun. Karena karet alam memiliki keterkaitan dengan harga minyak sintetis, fluktuasi tersebut turut menekan pasar karet dunia.
Tekanan Harga Domestik Indonesia
Menurut laporan dari joc.com, beberapa analis memperkirakan harga karet domestik Indonesia akan terus mengalami tekanan sepanjang Oktober 2025.
Faktor utama penyebab penurunan adalah kenaikan biaya produksi, penurunan ekspor, dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, kinerja ekspor karet Indonesia juga masih terhambat oleh perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan utama seperti Tiongkok dan Jepang, yang selama ini menjadi pasar ekspor terbesar.
Volatilitas Pasar Global dan Kontrak Futures
Dalam skala global, pasar karet alam masih menunjukkan volatilitas tinggi. Laporan AInvest mencatat bahwa kontrak futures SICOM TSR20 dan RSS3 di pasar Asia menjadi tolok ukur utama pergerakan harga karet dunia.
Perubahan harga pada kedua kontrak ini mencerminkan ketidakpastian pasokan dari negara-negara produsen utama seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Analis memperingatkan bahwa ketidakstabilan harga berpotensi berlanjut hingga akhir kuartal IV-2025, terutama jika kondisi cuaca ekstrem atau perlambatan manufaktur global terus berlanjut.
Meski tekanan harga masih terjadi, sejumlah pelaku industri berharap ada pemulihan permintaan menjelang akhir tahun. Kenaikan permintaan ban kendaraan dan material industri diharapkan mampu menstabilkan pasar.
Namun, para analis tetap menyarankan pelaku usaha karet untuk menerapkan strategi lindung nilai (hedging) terhadap risiko fluktuasi harga global.



