JAKARTA – Revitalisasi pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menjadi salah satu langkah penting pemerintah dalam mendorong swasembada gula nasional. Modernisasi peralatan dan peningkatan kapasitas giling di sejumlah pabrik, seperti Pabrik Gula Djatiroto, telah menunjukkan hasil positif dengan kenaikan produksi hingga 9 persen pada 2024.
Secara keseluruhan, PTPN Group mencatat lonjakan produksi gula dari 752 ribu ton pada 2023 menjadi 851 ribu ton pada 2024, menyumbang sekitar separuh dari pertumbuhan produksi nasional.
Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari bayang-bayang persoalan tata kelola. Kasus dugaan korupsi dalam proyek revitalisasi Pabrik Gula Asembagoes di Situbondo menjadi peringatan serius. Proyek yang seharusnya mendongkrak produktivitas justru menuai sorotan karena nilai kontrak hampir seluruhnya dibayarkan, sementara hasil pekerjaan belum sepenuhnya rampung.
Revitalisasi memang terbukti membawa dampak positif bagi industri gula nasional. Peningkatan kapasitas giling, pembaruan teknologi, dan pasokan gula yang lebih stabil menjadi modal kuat untuk mengejar target swasembada gula dalam beberapa tahun ke depan. Namun, manfaat ini hanya akan berkelanjutan jika pelaksanaannya diawasi ketat, dijalankan dengan transparan, dan melibatkan partisipasi aktif petani tebu serta masyarakat sekitar.
Ke depan, keberhasilan revitalisasi pabrik gula PTPN akan sangat ditentukan oleh akuntabilitas pelaksana proyek. Tanpa tata kelola yang bersih, program yang bertujuan mengembalikan kejayaan industri gula nasional ini berisiko kehilangan kepercayaan publik dan gagal memberikan manfaat optimal bagi negara maupun petani.



